- Iaitu bilangan jama’, lebih dari sepuluh, sampai tidak terhingga. Dari segi wazan, jama’ taksir katsrah tidak mengikuti pola atau wazan dalam jama’ taksir qillah. Wazan-wazan jamak katsrah sangat banyak, diantaranya yang popular ialah :
Mengetahui jamak taksir katsrah tidak hanya dengan wazan nya, tetapi juga makna katsrah dalam jama’ taksir katsrah, bisa dikuatkan dengan dalil lainnya, di antaranya :
1. Riwayat Hadis Misalnya, lafadz Bentuk mufrad dari lafadz tersebut adalah Lafadz
pola mengikuti
Disebut sebagai jama’ taksiir katsrah, kerena tidak mengikuti salah satu pola dalam jama’ taksir qillah. Lafadz ini disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak lima kali. Di antaranya, terdapat dalam ayat berikut:
Al-Ma'idah 5:20
وَاِذْ قَالَ مُوْسٰي لِقَوْمِهٖ يٰقَوْمِ اذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ جَعَلَ فِيْكُمْ اَنْۢبِيَآءَ وَجَعَلَكُمْ مُّلُوْكًا ۖ وَّاٰتٰىكُمْ مَّا لَمْ يُؤْتِ اَحَدًا مِّنَ الْعٰلَمِيْنَ
Dan (ingatkanlah mereka wahai Muhammad), ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya: "Wahai kaumku! Kenanglah nikmat Allah (Yang diberikan) kepada kamu ketika Ia menjadikan dalam kalangan kamu beberapa orang Nabi, dan Ia menjadikan kamu bebas merdeka (setelah kamu diperhamba oleh Firaun dan orang-orangnya), dan Ia memberikan kepada kamu barang yang tidak pernah diberikan kepada seseorang pun dari umat-umat (yang ada pada masa itu)".
Ayat Al-Ma'idah 5:20 di atas menerangkan tentang anugerah yang diberikan Allah kepada Bani Israil, yakni kaum Yahudi. Mereka diberikan anugerah berupa banyaknya para nabi yang berasal dari leluhur mereka, yaitu Ya’qub dan anak cucunya. Pola jama’ taksir katsrah pada lafadz اَنْۢبِيَآءَ, yang menunjukkan jumlah banyak, dikuatkan juga dengan dalil yang lain, yakni dengan riwayat Hadis.
Dalam sebuah Hadis dinyatakan, bahwa jumlah nab-nabi Allah SWT اَنْۢبِيَآءَ, mencapai 120.000 nabi dan 313 Rasul dari Jumlah Nabi tersebut. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Abi Dzar. Dari banyaknya nabi dan rasul tersebut, yang dikemukakan kisahnya dalam Al-Qur’an, sebanyak 25 orang.
2. Hubungan (Munasabah) dengan Ayat lainnya
Lafadz lainnya yang menunjukkan makna banyak adalah lafadz مَعَاذِيْرُ . Lafadz ini mengikuti wazan مَفَاعِيْلُ . Disebut jama’ taksir katsrah, karena tidak mengikuti salah satu wazan dalam jama’ taksir qillah. Bentuk mufrad dari lafadz tersebut adalah عُذْرٌ atau مُعْذِرَةٌ Lafadz jama’ taksir tersebut, hanya satu kali diebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu pada ayat berikut :
Al-Qiyamah 75:14
بَلِ الْاِنْسَانُ عَلٰي نَفْسِهٖ بَصِيْرَةٌ ۙ
Bahkan manusia menjadi saksi atas dirinya sendiri, dan meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.
Al-Qiyamah 75:15
وَّلَوْ اَلْقٰي مَعَاذِيْرَهٗ ؕ
Walaupun ia memberikan alasan-alasannya (untuk membela diri).
- Meskpun manusia pada saatnya nanti, membantah dan mengemukakan dalihdalihnya, maka tidak ada gunanya. Itulah yang ditegaskan pada ayat yang ke-15-nya. Kata alqa اَلْقٰي, yang disebutkan pada ayat tersebut, berarti melontar. Sesuatu yang dilontarkan, maka akan bergerak dengan sangat cepat. Pelakunya melakukan lontaran itu dengan tangkas. Seseorang yang bersalah, sering kali terbata-bata ketika menyampaikan alasannya.
- Pemilihan kata tersebut, tampaknya untuk mengisyaratkan bahwa dalih yang dikemukakan sedemikian lancar dan mengesankan kebenaran yang bersangkutan, tetapi semua itu tidak ada artinya. Karena dirinya sendiri, dalam hatinya, telah mengetahui kesalahannya. Lafadz مَعَاذِيْرَهٗ atau مِعْذَرٌ bermakna tabir atau argumentasi. Dari sini, lalu kata tersebut digunakan dalam arti, upaya menutupi atau menampilkan argumentasi untuk menampik kecaman atau siksaan.
- Makna banyak atau katsrah yang dikandung pada lafadz مَعَاذِيْرَهٗ, bukan hanya dengan wazannya yang menggunakan jama’ taksir katsrah, tetapi juga dikuatkan dengan dalalalh lainnya, yakni sejalan dan sesuai مناسبة dengan ayat Al-Qur’an lainnya. Misalnya:
Al-A'raf 7:38
قَالَ ادْخُلُوْا فِيْۤ اُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ فِي النَّارِ ؕ كُلَّمَا دَخَلَتْ اُمَّةٌ لَّعَنَتْ اُخْتَهَا ؕ حَتّٰۤي اِذَا ادَّارَكُوْا فِيْهَا جَمِيْعًا ۙ قَالَتْ اُخْرٰىهُمْ لِاُوْلٰىهُمْ رَبَّنَا هٰۤؤُلَآءِ اَضَلُّوْنَا فَاٰتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِّنَ النَّارِ ؕ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَعْلَمُوْنَ
al-A’raf ayat 38, menyatakan ucapan para pendurhaka yang menuduh pemimpin mereka yang telah menyesatkan mereka;
Al-Mu'minun 23:99
حَتّٰۤي اِذَا جَآءَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنِ ۙ
Al-Mu'minun 23:100
لَعَلِّيْۤ اَعْمَلُ صَالِحًا فِيْمَا تَرَكْتُ كَلَّا ؕ اِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا ؕ وَمِنْ وَّرَآئِهِمْ بَرْزَخٌ اِلٰي يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ
alMukminun ayat 99-100, menyatakan penyesalan dan permohonan agar dikembalikan ke dunia;
Al-An'am 6:23
ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ اِلَّاۤ اَنْ قَالُوْا وَاللّٰهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِيْنَ
al-An’am ayat 23 menyatakan bahawa mereka bersumpah tidak pernah mempersekutukan Allah SWT.;
Al-Ma'idah 5:19
يٰۤاَهْلَ الْكِتٰبِ قَدْ جَآءَكُمْ رَسُوْلُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلٰي فَتْرَةٍ مِّنَ الرُّسُلِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا جَآءَنَا مِنْۢ بَشِيْرٍ وَّلَا نَذِيْرٍ ۫ فَقَدْ جَآءَكُمْ بَشِيْرٌ وَّنَذِيْرٌ ؕ وَاللّٰهُ عَلٰي كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
al-Maidah ayat 19, dan dalih-dalih palsu lainnya.
3. Isim Nakirah
Sebuah jama’ taksir katsrah, akan dikuatkan maknanya ketika diungkapkan dengan lafadz nakirah نَكِرَة . Misalnya, lafadz :yang ada pada ayat berikut ini :
An-Naba' 78:31
اِنَّ لِلْمُتَّقِيْنَ مَفَازًا ۙ
An-Naba' 78:32
حَدَآئِقَ وَاَعْنَابًا ۙ
Sungguh, orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan, (iaitu) kebun-kebun dan buah anggur.
Lafadz jama’ taksir katsrah pada ayat di atas adalah lafadz :
Lafadz tersebut mengikuti wazan
Sementara bentuk mufrad-nya adalah lafadz
Menurut Ar-Raghib al-Ashfahany (w. 502 H.) dalam kitabnya al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, menyatakan, bahwa lafadz
bermakna sebidang tanah yang memiliki air. Ayat di atas menyampaikan tentang orang-orang yang berbahagia serta kenikmatan dan kemuliaan yang diperoleh. Menurut Qatadah, seperti yang dikutip at-Thabary (w. 310 H.), ciri kebahagiaan mereka adalah dengan diselamatkan dari api neraka. Sementara yang dimaksud dengan
adalah kebun-kebun pohon kurma dan sebagainya.
Bila ayat sebelumnya, berbicara mengenai siksa bagi orang-orang yang bermaksiat, maka ayat di atas menguraikan tentang ganjaran bagi orangorang yang taat. Menurut Wahbah az-Zuhaily, perbandingan tersebut, supaya dijadikan bahan renungan, bahwa ketaatan akan berbuah dengan kebahagiaan di syurga. Sebaliknya, orang yang bermaksiat, kufur, dan mengingkari kerasulan, akan menyeret pelakunya ke neraka.
Contoh-contoh Jamak Taksir Katsrah dalam al-Qur’an :
An-Nisa' 4:94
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِذَا ضَرَبْتُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَتَبَيَّنُوْا وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ اَلْقٰۤي اِلَيْكُمُ السَّلٰمَ لَسْتَ مُؤْمِنًا ۚ تَبْتَغُوْنَ عَرَضَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۫ فَعِنْدَ اللّٰهِ مَغَانِمُ كَثِيْرَةٌ ؕ كَذٰلِكَ كُنْتُمْ مِّنْ قَبْلُ فَمَنَّ اللّٰهُ عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُوْا ؕ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا
Al-Mulk 67:5
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَآءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيْحَ وَجَعَلْنٰهَا رُجُوْمًا لِّلشَّيٰطِيْنِ وَاَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيْرِ
At-Takathur 102:2
حَتّٰي زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ؕ
Al-Baqarah 2:91
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اٰمِنُوْا بِمَاۤ اَنْزَلَ اللّٰهُ قَالُوْا نُؤْمِنُ بِمَاۤ اُنْزِلَ عَلَيْنَا وَيَكْفُرُوْنَ بِمَا وَرَآءَهٗ وَهُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَهُمْ ؕ قُلْ فَلِمَ تَقْتُلُوْنَ اَنْۢبِيَآءَ اللّٰهِ مِنْ قَبْلُ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
Aal-e-Imran 3:191
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيٰمًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰي جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Al-A'raf 7:74
وَاذْكُرُوْۤا اِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَآءَ مِنْۢ بَعْدِ عَادٍ وَّبَوَّاَكُمْ فِي الْاَرْضِ تَتَّخِذُوْنَ مِنْ سُهُوْلِهَا قُصُوْرًا وَّتَنْحِتُوْنَ الْجِبَالَ بُيُوْتًا ۚ فَاذْكُرُوْۤا اٰلَآءَ اللّٰهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ