Friday, May 31, 2024

KAAFAH-X 04/10 - JAMAK TAKSIR KATSRAH

 

  




  • Iaitu bilangan jama’, lebih dari sepuluh, sampai tidak terhingga.  Dari segi wazan, jama’ taksir katsrah tidak mengikuti pola atau wazan dalam jama’ taksir qillah.  Wazan-wazan jamak katsrah sangat banyak, diantaranya yang popular ialah : 







Mengetahui jamak taksir katsrah tidak hanya dengan wazan nya, tetapi juga makna katsrah dalam jama’ taksir katsrah, bisa dikuatkan dengan dalil lainnya, di antaranya :


 1. Riwayat Hadis Misalnya, lafadz 
Bentuk mufrad dari lafadz tersebut adalah Lafadz 

pola mengikuti 




Disebut sebagai jama’ taksiir katsrah, kerena tidak mengikuti salah satu pola dalam jama’ taksir qillah. Lafadz ini disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak lima kali. Di antaranya, terdapat dalam ayat berikut: 

Al-Ma'idah 5:20

وَاِذْ قَالَ مُوْسٰي لِقَوْمِهٖ يٰقَوْمِ اذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ جَعَلَ فِيْكُمْ اَنْۢبِيَآءَ وَجَعَلَكُمْ مُّلُوْكًا ۖ وَّاٰتٰىكُمْ مَّا لَمْ يُؤْتِ اَحَدًا مِّنَ الْعٰلَمِيْنَ 

Dan (ingatkanlah mereka wahai Muhammad), ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya: "Wahai kaumku! Kenanglah nikmat Allah (Yang diberikan) kepada kamu ketika Ia menjadikan dalam kalangan kamu beberapa orang Nabi, dan Ia menjadikan kamu bebas merdeka (setelah kamu diperhamba oleh Firaun dan orang-orangnya), dan Ia memberikan kepada kamu barang yang tidak pernah diberikan kepada seseorang pun dari umat-umat (yang ada pada masa itu)".



Ayat Al-Ma'idah 5:20 di atas menerangkan tentang anugerah yang diberikan Allah kepada Bani Israil, yakni kaum Yahudi. Mereka diberikan anugerah berupa banyaknya para nabi yang berasal dari leluhur mereka, yaitu Ya’qub dan anak cucunya. Pola jama’ taksir katsrah pada lafadz اَنْۢبِيَآءَ, yang menunjukkan jumlah banyak, dikuatkan juga dengan dalil yang lain, yakni dengan riwayat Hadis.

Dalam sebuah Hadis dinyatakan, bahwa jumlah nab-nabi Allah SWT اَنْۢبِيَآءَ, mencapai 120.000 nabi dan 313 Rasul dari Jumlah Nabi tersebut. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Abi Dzar. Dari banyaknya nabi dan rasul tersebut, yang dikemukakan kisahnya dalam Al-Qur’an, sebanyak 25 orang. 


2. Hubungan (Munasabah) dengan Ayat lainnya 

Lafadz lainnya yang menunjukkan makna banyak adalah lafadz مَعَاذِيْرُ . Lafadz ini mengikuti wazan  مَفَاعِيْلُ . Disebut jama’ taksir katsrah, karena tidak mengikuti salah satu wazan dalam jama’ taksir qillah. Bentuk mufrad dari lafadz tersebut adalah عُذْرٌ  atau  مُعْذِرَةٌ   Lafadz jama’ taksir tersebut, hanya satu kali diebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu pada ayat berikut :  


Al-Qiyamah 75:14

بَلِ الْاِنْسَانُ عَلٰي نَفْسِهٖ بَصِيْرَةٌ ۙ 

Bahkan manusia menjadi saksi atas dirinya sendiri, dan meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.



Al-Qiyamah 75:15

وَّلَوْ اَلْقٰي مَعَاذِيْرَهٗ ؕ 

Walaupun ia memberikan alasan-alasannya (untuk membela diri).

  • Meskpun manusia pada saatnya nanti, membantah dan mengemukakan dalihdalihnya, maka tidak ada gunanya. Itulah yang ditegaskan pada ayat yang ke-15-nya. Kata alqa اَلْقٰي, yang disebutkan pada ayat tersebut, berarti melontar. Sesuatu yang dilontarkan, maka akan bergerak dengan sangat cepat. Pelakunya melakukan lontaran itu dengan tangkas. Seseorang yang bersalah, sering kali terbata-bata ketika menyampaikan alasannya. 

  • Pemilihan kata tersebut, tampaknya untuk mengisyaratkan bahwa dalih yang dikemukakan sedemikian lancar dan mengesankan kebenaran yang bersangkutan, tetapi semua itu tidak ada artinya. Karena dirinya sendiri, dalam hatinya, telah mengetahui kesalahannya. Lafadz  مَعَاذِيْرَهٗ atau  مِعْذَرٌ   bermakna tabir atau argumentasi. Dari sini, lalu kata tersebut digunakan dalam arti, upaya menutupi atau menampilkan argumentasi untuk menampik kecaman atau siksaan.  



  • Makna banyak atau katsrah yang dikandung pada lafadz  مَعَاذِيْرَهٗ, bukan hanya dengan wazannya yang menggunakan jama’ taksir katsrah, tetapi juga dikuatkan dengan dalalalh lainnya, yakni sejalan dan sesuai  مناسبة dengan ayat Al-Qur’an lainnya. Misalnya:




Al-A'raf 7:38

قَالَ ادْخُلُوْا فِيْۤ اُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ فِي النَّارِ ؕ كُلَّمَا دَخَلَتْ اُمَّةٌ لَّعَنَتْ اُخْتَهَا ؕ حَتّٰۤي اِذَا ادَّارَكُوْا فِيْهَا جَمِيْعًا ۙ قَالَتْ اُخْرٰىهُمْ لِاُوْلٰىهُمْ رَبَّنَا هٰۤؤُلَآءِ اَضَلُّوْنَا فَاٰتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِّنَ النَّارِ ؕ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَعْلَمُوْنَ

al-A’raf ayat 38, menyatakan ucapan para pendurhaka yang menuduh pemimpin mereka yang telah menyesatkan mereka;


Al-Mu'minun 23:99

حَتّٰۤي اِذَا جَآءَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنِ ۙ 

Al-Mu'minun 23:100

لَعَلِّيْۤ اَعْمَلُ صَالِحًا فِيْمَا تَرَكْتُ كَلَّا ؕ اِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا ؕ وَمِنْ وَّرَآئِهِمْ بَرْزَخٌ اِلٰي يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ


alMukminun ayat 99-100, menyatakan penyesalan dan permohonan agar dikembalikan ke dunia; 

Al-An'am 6:23

ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ اِلَّاۤ اَنْ قَالُوْا وَاللّٰهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِيْنَ

al-An’am ayat 23 menyatakan bahawa mereka bersumpah tidak pernah mempersekutukan Allah SWT.;


Al-Ma'idah 5:19

يٰۤاَهْلَ الْكِتٰبِ قَدْ جَآءَكُمْ رَسُوْلُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلٰي فَتْرَةٍ مِّنَ الرُّسُلِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا جَآءَنَا مِنْۢ بَشِيْرٍ وَّلَا نَذِيْرٍ ۫  فَقَدْ جَآءَكُمْ بَشِيْرٌ وَّنَذِيْرٌ ؕ  وَاللّٰهُ عَلٰي كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ  

al-Maidah ayat 19, dan dalih-dalih palsu lainnya.



3. Isim Nakirah  

Sebuah jama’ taksir katsrah, akan dikuatkan maknanya ketika diungkapkan dengan lafadz nakirah نَكِرَة  . Misalnya, lafadz :
yang ada pada ayat berikut ini  : 

An-Naba' 78:31
اِنَّ لِلْمُتَّقِيْنَ مَفَازًا ۙ 
An-Naba' 78:32
حَدَآئِقَ وَاَعْنَابًا ۙ
Sungguh, orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan, (iaitu) kebun-kebun dan buah anggur. 


Lafadz jama’ taksir katsrah pada ayat di atas adalah lafadz :


Lafadz tersebut mengikuti wazan 

Sementara bentuk mufrad-nya adalah lafadz 

Menurut Ar-Raghib al-Ashfahany (w. 502 H.) dalam kitabnya al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, menyatakan, bahwa lafadz bermakna sebidang tanah yang memiliki air. 

Ayat di atas menyampaikan tentang orang-orang yang berbahagia serta kenikmatan dan kemuliaan yang diperoleh. Menurut Qatadah, seperti yang dikutip at-Thabary (w. 310 H.), ciri kebahagiaan mereka adalah dengan diselamatkan dari api neraka. Sementara yang dimaksud dengan


adalah kebun-kebun pohon kurma dan sebagainya. 


Bila ayat sebelumnya, berbicara mengenai siksa bagi orang-orang yang bermaksiat, maka ayat di atas menguraikan tentang ganjaran bagi orangorang yang taat. Menurut Wahbah az-Zuhaily, perbandingan tersebut, supaya dijadikan bahan renungan, bahwa ketaatan akan berbuah dengan kebahagiaan di syurga. Sebaliknya, orang yang bermaksiat, kufur, dan mengingkari kerasulan, akan menyeret pelakunya ke neraka.         

Contoh-contoh Jamak Taksir Katsrah dalam al-Qur’an : 


An-Nisa' 4:94
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِذَا ضَرَبْتُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَتَبَيَّنُوْا وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ اَلْقٰۤي اِلَيْكُمُ السَّلٰمَ لَسْتَ مُؤْمِنًا ۚ تَبْتَغُوْنَ عَرَضَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۫ فَعِنْدَ اللّٰهِ مَغَانِمُ كَثِيْرَةٌ ؕ كَذٰلِكَ كُنْتُمْ مِّنْ قَبْلُ فَمَنَّ اللّٰهُ عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُوْا ؕ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا 

Al-Mulk 67:5
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَآءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيْحَ وَجَعَلْنٰهَا رُجُوْمًا لِّلشَّيٰطِيْنِ وَاَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيْرِ

At-Takathur 102:2
حَتّٰي زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ؕ 

Al-Baqarah 2:91
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اٰمِنُوْا بِمَاۤ اَنْزَلَ اللّٰهُ قَالُوْا نُؤْمِنُ بِمَاۤ اُنْزِلَ عَلَيْنَا وَيَكْفُرُوْنَ بِمَا وَرَآءَهٗ  وَهُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَهُمْ ؕ قُلْ فَلِمَ تَقْتُلُوْنَ اَنْۢبِيَآءَ اللّٰهِ مِنْ قَبْلُ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ 

Aal-e-Imran 3:191

الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيٰمًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰي جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 

Al-A'raf 7:74

وَاذْكُرُوْۤا اِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَآءَ مِنْۢ بَعْدِ عَادٍ وَّبَوَّاَكُمْ فِي الْاَرْضِ تَتَّخِذُوْنَ مِنْ سُهُوْلِهَا قُصُوْرًا وَّتَنْحِتُوْنَ الْجِبَالَ بُيُوْتًا ۚ فَاذْكُرُوْۤا اٰلَآءَ اللّٰهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ




Friday, May 24, 2024

KAAFAH-X 03/10 - جَمْعُ تَكْسِرْ Jamak Taksir

 

NOTA KELAS EXTRA ISTIMEWA 

KAAFAH SESI 3 


UST.ANGGA SAPUTRA





  • JAMAK TAKSIR - جَمْعُ تَكْسِرْ
  • Jamak terbahagi kepada dua yaitu salim dan taksir. Jamak salim sangat mudah dikenali dalam ayat kerana bentuknya yang terpelihara, yaitu menggunakan penambahan imbuhan di akhirnya - contoh jamak مذكر / موّنث salim يْنَ  ; وْنَ; أَنْ ; إِنْ ;أَتُ ; أَتيِ .
  • Berbeda dengan jamak salim, jamak taksir tiada kaedah pembentukan, oleh sebab itu mengenali jamak taksir memerlukan kaedah tertentu diantaranya ialah mengenalinya melalui وزن. Ada beberapa wazan jamak taksir yang kerap dijumpai dalam ayat al-Qur’an.
  • Perhatikan rajah berikut  :



  •  مَفَاعِلُ







  • فُعُللٌ
  • أَفْعُلٌ
  • آَفْعَالٌ


  • آَفْعِلَةٌ

  • فِعْلَةٌ 

A.
Pembahagian Jama' Taksir  



  • Menurut ‘Abdullah al-Akbary al-Baghdady (w. 616 H.), jama’ taksir itu terbahagi 2  قِلَّةٌ  dan كَثْرْةٌ


1. Jama' taksir قِلَّةٌ  

 

Yaitu bilangan jama’ (lebih dari dua), minimal tiga hingga sepuluh.


Dengan kata lain, bilangan banyak antara 3 -10, masih
dikategorikan sedikit, kerana masih mudah untuk dikira. Dari segi rumusan, jama’ taksir قِلَّةٌ adalah bentuk-bentuk jama’ yang mengikuti وزن  berikut :





2. Jama taksir كَثْرْةٌ  


Yaitu bilangan jama’, lebih dari sepuluh, sampai tidak terhingga.  Dari segi وزن, jama’ taksir كَثْرْةٌ tidak mengikuti pola atau وزن dalam jama’ taksir قِلَّةٌ . 







Dalalah dalam Jama’ Taksir قِلَّةٌ  

 

Kandungan makna sedikit atau qillah tidak hanya disebabkan oleh polanya menggunakan wazan jama’ taksir قِلَّةٌ, tetapi ada sebab lain yang menguatkannya, di antaranya:   




 

A. Idhafah kepada Dhamir Jama’   

 

Secara harfiah, idhafah berarti penyandaran. Dalam kajian ilmu Nahwu, idhafah berarti menyandarkan sesuatu kepada sesuatu lainnya, yang pertama disebut mudhaf, sedangkan yang kedua disebut mudhaf ilaih. Jama’ taksir qillah, megandung makna sedikit atau terbatas, dengan cara idhafah pada dhamir jama’. Misalnya, lafadz-lafadz berikut ini:  




At-Taubah 9:23 


يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْۤا اٰبَآءَكُمْ


وَاِخْوَانَكُمْ اَوْلِيَآءَ


Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu),


اِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَي الْاِيْمَانِ ؕ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِّنْكُمْ فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ


jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.  


  • Berkaitan dengan ayat ini, Ibn al-Jauzy (w. 597 H.), dalam Zaad alMasiir menyampaikan, bahwa ketika Allah SWT, memerintahkan kaum muslim untuk berhijrah, ada seorang lelaki yang berkata kepada keluarganya, “Sesungguhnya kita telah diperintahkan untuk berhijrah.”

  • Di antara kaum muslim tersebut, ada yang cepat menunaikan seruan tersebut. Ada juga yang menggantungkan kepada keluarga dan istrinya, padahal masih ada di antara mereka yang masih kafir.

  • Dari situ, lalu turunlah ayat di atas, sebagai penegasan bahwa hijrah harus lebih diutamakan daripada bergabung dengan orang tua dan saudara yang mengutamakan kekafiran.  

 

  • Lafadz ءابآ dalam ayat di atas, disandarkan pada dhamir مكالٌ

  • Lafadz ini merupakan jenis jama’ taksir قِلَّةٌ, kerana mengikuti wazan آَفْعَالٌ  bentuk idhafah tersebut menunjukkan makna sedikit atau terbatas.


  • Atas dasar hal ini, maka dapat dipahami, bahwa yang dimaksud dengan اٰبَآءَكُمْ bapa-bapa dalam ayat di atas, menunjukkan orang tua yang ada kaitannya dengan nasab. Dengan demikian, jumlah mereka  sedikit atau terbatas.


  • Demikian juga dengan kata وَاِخْوَانَكُمْ. Meskipun lafadz ini termasuk jenis jama’ taksir katsrah, tetapi mengandung makna قِلَّةٌ atau sedikit, kerana idhafah pada dhamir jama’ tersebut. Kerananya, Ibn ‘Athiyah (w. 542 H.), bahawa yang dimaksud dengan وَاِخْوَانَكُمْ saudara saudara tersebut, adalah saudara yang berkaitan dengan nasab. Makanya, dapat dipastikan kalau jumlah saudara-saudara  tersebut, sedikit jumlahnya.  

An-Nisa' 4:23

 

وَحَلَآئِلُ اَبْنَآئِكُمُ الَّذِيْنَ مِنْ اَصْلَابِكُمْ ۙ  وَاَنْ تَجْمَعُوْا بَيْنَ الْاُخْتَيْنِ اِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ ؕ  اِنَّ اللّٰهَ كَانَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ۙ 

 

….(dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang


  • Ayat di atas menyatakan, bahwa di antara istri yang haram dinikahi, adalah istri-istri anak-anak kandung dari ayahnya. Atau yang dikenal dengan sebutan, menantu-menantu perempuan.  

 

  • Menurut az-Zujaj (w. 311 H.), kalimah حَلَآئِلُ merupakan bentuk jamak dari حَلِيْلَة yakni perempuannya anak laki-laki , atau popular diartikan dengan istri. Istri-istri anak laki-laki, haram dinikahi oleh ayahnya. Kata anak-anak dalam ayat di atas, diungkapkan dengan أَبْنَاعُ mengikuti wazan آَفْعَالٌ sebagai jama’ taksir قِلَّةٌ, yang menunjukkan bilangan sedikit atau terbatas.

  • Makna ini juga dikuatkan dengan dalalah lainnya, yakni idhafah dengan dhamir Jamak yaitu Kum. Hal ini juga dikuatkan dengan fakta yang ada, dimana jumlah anak dalam sebuah keluarga, kebanyakan nya tidak lebih dari sepuluh orang.   


Contoh ayat yang lain dalam al-Qur’an :    


Al-Ma'idah 5:89
ا يُؤَاخِذُكُمُ اللّٰهُ بِاللَّغْوِ فِيْۤ اَيْمَانِكُمْ وَلٰكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُّمُ الْاَيْمَانَ ۚ 


An-Nisa' 4:102
وَاِذَا كُنْتَ فِيْهِمْ فَاَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلٰوةَ فَلْتَقُمْ طَآئِفَةٌ مِّنْهُمْ مَّعَكَ وَلْيَاْخُذُوْۤا 
اَسْلِحَتَهُمْ ۟

 

B.Diawali dengan huruf Jar مِّنَ 

menujukkan sebahagian 



Apabila pola jama’ taksir qillah diawali dengan huruf jar نم  yang fungsinya untuk ضيعبت, yakni menunjukkan sebahagian, maknanya, fungsinya untuk memperkuat jama’ tersebut.


 Misalnya lafadz berikut:  








Al-Baqarah 2:155

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِ ؕ  وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ ۙ 

  • Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah buahan.

  • Materi ujian yang diberikan dalam kehidupan ini, adalah sedikit dari rasa takut, sedikit, rasa lapar, serta sedikit kekurangan harta. Kekurangan harta di sini bisa berupa kerusakan dan kehilangan dari harta tersebut. Bisa juga kekurangan harta di sini, kerana dikeluarkan untuk zakat dan shadaqah. Harta-harta yang hilang atau rusak tersebut jumlahnya juga sedikit dibandingkan yang tersisa.   

 

Contoh ayat yang lain dalam al-Qur’an : 

  • Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,  ujian yang dihadapi itu hakikatnya sedikit, ketika dibandingkan dengan imbalan dan ganjaran yang akan diterima. Ujian tersebut juga sedikit, bila dibandingkan dengan potensi dan kemampuan yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia. Sehingga setiap yang diuji akan mampu memikulnya jika ia menggunakan potensi-potensi yang telah dinaugerahkan Allah kepada mereka.  



An-Nahl 16:25
لِيَحْمِلُوْۤا اَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَّوْمَ الْقِيٰمَةِ ۙ  وَمِنْ اَوْزَارِ الَّذِيْنَ يُضِلُّوْنَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ ؕ  اَلَا سَآءَ مَا يَزِرُوْنَ 


Hud 11:17
 اُولٰٓئِكَ يُؤْمِنُوْنَ بِهٖ ؕ وَمَنْ يَّكْفُرْ بِهٖ مِنَ الْاَحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهٗ ۚ فَلَا تَكُ فِيْ مِرْيَةٍ مِّنْهُ  اِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يُؤْمِنُوْنَ 


At-Taubah 9:94
عْتَذِرُوْنَ اِلَيْكُمْ اِذَا رَجَعْتُمْ اِلَيْهِمْ ؕ قُلْ لَّا تَعْتَذِرُوْا لَنْ نُّؤْمِنَ لَكُمْ قَدْ نَبَّاَنَا اللّٰهُ مِنْ اَخْبَارِكُمْ ؕ وَسَيَرَي اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰي عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ